Senin, 23 Juni 2014

Resensi Novel Hatimu: Cinta Yang Selalu Meragu


Inilah Caraku Untuk Mencintaimu

Judul : Hatimu, Cinta yang Selalu Meragu
Penulis : Salsa Oktifa
Penerbit: GagasMedia
Cetakan: I, 2012
Tebal : 358 halaman
ISBN : 978-979780604-0

Hatimu adalah novel pertama karangan Salsa Oktifa. Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Jogja yang akan segera menjadi seorang Pustakawan. Banyak karya cerpennya yang telah dimuat di beebrapa majalah. Dan akhirnya mencoba mnegirimkan karya Hatimu pada Penerbit GagasMedia. Saat awal menulis penyakit berhenti di tengah jalan sempat dialami. Di masa editing, Salsa pun tertimpa musibah kecelakaan sehingga memakan waktu editing lebih lama. Kini ia tengah menulis novel keduanya.
Karya Salsa yang pertama ini unik karena memaparkan cerita dari sudut pandang masing-masing karakter. Yang tentu saja lebih bisa mengulas lebih banyak cerita di tiap segmennya. Tema cinta dan persahabatan yang diangkat kali ini benar-benar bisa membuat hati para pembaca pun dirundung bimbang dan gelisah. Gaya bahasa yang ringan dan menyesuaikan kebiasan dialog para remaja umumnya, membuat cerita ini sangat enak dibaca. Mungkin karena penulis sendiri berada di lokasi dan situasi yang sama sebagai mahasiswa Jogja.
Memang ada beberapa ketidaksinkronan yang bisa jadi dinafikan oleh sebagian pembaca. Penggunaan kata gue-lo yang mungkin sudah mainstream di daerah ibukota hadir di cerita berlatar belakang tempat Jogja ini. Para pembaca pasti lebih tertarik untuk mengikuti kisah Agia yang bersahabat dan selalu dekat dengan Rain nampaknya mulai membuat Bari, pacar Rain gerah. Bagaimana dengan sikap Rain yang terjebak diantara kelembutan Agia dan kekakuan Bari??
Rain dan Agia adalah sepasang sahabat. Mereka tumbuh besar bersama-sama. Karena sebuah masalah yang cukup rumit, Rain tinggal di rumah Agia bertahun-tahun lamanya. Kedekatan tersebutlah yang membuat mereka akhirnya menjadi sepasang sahabat tak terpisahkan. Hal itu kian lama kian dirasa berbeda oleh Agia. Seperti rasa sayang antar sahabat itu mulai tergantikan oleh rasa sayang terhadap kekasih. Sayangnya, Agia memendam rasa itu dalam sebuah label persahabatan.
Sedangkan Rain dan Bari adalah sepasang kekasih. Bari yang merupakan atasan Agia dan Rain awalnya acuh pada kedekatan sahabat itu. Namun lambat laun agaknya ia mulai risih dengan segala sesuatu tentang kebersamaan Agia-Rain. Mulai merasakan bahwa Agia pun ingin bersaing dengannya memiliki Rain. Semua ini membuat Bari bersikap lebih protektif pada Rain. Membuat Rain sedikit merasa tak nyaman. Dan justru menjadi celah bagi Agia untuk menangkap hati Rain.
Saat Bari mengalami kecelakaan dan memaksa Rain untuk tinggal di sisinya, disinilah Rain menemukan perbedaan rasa nyaman dibandingkan dengan bersama Agia. Curahan kasih sayang Rain pada Bari nampaknya sedikit tak digubris oleh Bari yang sudah cemburu buta. Tetap mempermasalahkan kebersamaan dan kedekatan Rain dan Agia. Sementara itu, Bari bersikap tak adil dengan menjalin hubungan lagi dengan Eve, sahabatnya.
Kesalahpahaman mulai sering terjadi. Bari yang kini telah mengetahui bagaimana peasaan Agia pada Rain semakin merasa tersaingi. Ditambah dengan keraguan Rain terhadap perasaannya sendiri dan sakit hati terhadap sikap unfair Bari terhadapnya. Hingga Rain memutuskan untuk menjauhi mereka berdua. Menimbang kepada siapa hati Rain yang sebenarnya memilih. Hinggga Bari menjemput kembali Rain, meminta maaf dan mencoba memperbaiki semuanya. Namun di saat itulah ia harus tahu bahwa semua kini telah berubah. Tak ada lagi cinta untuknya. Yang ada hanyalah cinta Rain pada Agia.
“Bukan Agia yang aku benci. Bukan Rain yang aku benci, tentu saja. Aku membenci kebersamaan mereka. Apakah itu salah? Aku tidak pernah percaya, ada sebuah persahabatan yang tulus antara laki-laki dan perempuan tanpa adanya perasaan lain yang mengikutinya. Laki-laki dan perempuan tidak akan pernah bisa bersahabat. Mereka diciptakan untuk saling tertarik satu sama lain.”
Kutipan ini telah menggambarkan ke arah mana cerita ini berlabuh. Terlihat pula bagaimana dominannya tokoh Bari dalam cerita sehingga mampu menenggelamkan sosok Agia sebagai peran utama. Yang justru dapat mengecoh para pembaca tentang akhir ceritanya. Cerita yang digambarkan begitu luas oleh masing-masing karakter yang ada membuat kita bisa semakin menghayati perasaan mereka. Namun sayang masih banyak kesalahan penulisan kata dan bahkan susunan kalimat bahasa inggris yang susah dipahami. Hal ini dikarenakan oleh proses editing yang sedikit terhambat dengan adanya musibah yang menimpa sang penulis.
Pembaca dijamin dapat menikmati novel ini disamping kekurangan-kekurangan yang ada. Dapat dibaca oleh para remaja khususnya para remaja yang tengah bimbang memilih percintaan dan persahabatan. Novel ini sanggup membuat kalian mencoba untuk merefleksikan diri seperti apa pasangan yang benar-benar kalian inginkan. Karena setiap orang memiliki caranya sendiri untuk bersahabat dan setiap orang punya caranya sendiri untuk mencintai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar